Aku Beranjak Ketika Sudah Tidak Ada Tetesan Air Lagi Yang Jatuh Kebumiku...

Waktu aku menunggu hujan berhenti...
Telah kusandarkan badanku tanpa sengaja disudut merah
Bersamanya pula aku sandarkan semua jiwa yang ada di diriku
Apa semua telah berarti jika aku pernah berfikir akan arti kehidupanku?
Bahkan bernafaspun yang kulakukan setiap saat tidak pernah berarti
Walau pelan kuhembus lagi nafasku dan kucoba merenungi
Kapan aku akan bersyukur selagi aku masih menghirup udara ini
Atau harus menobatkan diriku pada sosok yang telah aku coba meyakini...
Tinggal gerimis sekarang setelah 2 jam aku coba menunggu...
Kalau pernah kita berguman dalam rindu kita...
Rasa yang kita cari untuk bisa tertawa dalam kebahagiaan
Apakah masih harus melogikakan perasaan yang terus berambisi untuk mengimajinasikan arti bahagia ?
Atau tanya harus ada dalam khayalan jika kita mampu untuk bahagia dengan keadaan yang coba dikhayalkan?
Membuallah pada otak manusiamu sendiri dan anggaplah kamu adalah manusia terakhir yang belum merasakan sebagai manusia yang bahagia
Cukup begitu ....?
Saat sekarang aku beranjak ketika sudah tidak ada tetesan air lagi yang jatuh kebumiku...
Aku memang tengah beranjak namun jiwaku masih tersandar tidak bahagia....
Aku pasti dan memang sedang berfikir untuk membunuh semua impianku...
Cukupkah itu untuk arti dan jawaban untukku?
Atau cukup petuah dari air hujan untukku yang memaksa aku harus membuka seluruh inderaku hanya untuk menanti selesainya dia mebuktikan bahwa diapun mempunyai arti
Sedangkan aku masih mengira mungkin aku manusia bodoh yang ada
Atau aku tidak sendiri untuk menjadi bodoh...
Dan keberuntunganku saat ini telah kumiliki dengan menyadari bahwa aku telah mengakui kebodohanku
Sekarang jiwaku akan beranjak dengan sedikit senyuman pada becek dijalanan...
Jiwakupun menyapa... tadi kau memberikan petuah namun sekarang aku tidak mau basah olehmu setelah kau bercampur dengan debu dan tanah
Itulah yang aku dapatkan darimu , air hujan
Andai akupun salah menentukan semua arti kebahagiaanku dan membiarkan rasio yang berjalan salah bergandengan dengan nafsuku...
Perasaan dalah nikmat....
Namun dalam persaan ada seuntai nafsu yang jika ditanam subur menjadi sebuah lagu yang akan terkarang dan kita lantunkan sepanjang masa...
Sampai kita mampu menciptakan susunan nada baru yang lebih filosofis dan lagu lama tadi hanya akan kita nyanyikan setelah kita mampu memberikan keindahan itu untuk anak cucu kita...
Aku telah bersama jiwaku dalam perjalan pulangku...
Sedikit aku mempunyai arti dari kejadiaan tadi
Namun becek itu masih sama dengan lagu yang kupunya saat ini...
Jiwakupun tertawa karena dia masih keruh seperti becek
Aku sekarang tersenyum bersama jiwaku...
Namun jiwakupun bersedih karena tidak bersama rohnya
Masih belum bersama antara aku, jiwaku, dan kesucian rohku...
Jakarta , Friday 06 August 1999
21.48 wib


0 Comments:
Post a Comment
<< Home