Sepotong Gelisah Yang Kutambatkan Dan Kusimpan Untukmu
Pukul 6 pagi waktu aku coba mulai hidup baruku...
Saat-saat aku mulai gelisah berpikir tentang cita-cita dan keputusanku.
Percayakah kalau aku hanya butuh kamu disisi kekacauan pikiranku
Waktu ini membuat aku harus mengakui ketidakberdayaanku menghadapi ini tanpa kamu
Arti yang kamu berikan untuk semangatku...
Cinta yang kamu tunjukkan pada ambisiku yang tidak teredam...
Pengertian yang kamu pasrahkan hanya untuk memuaskan keinginanku untuk membuktikan aku yang sebenarnya
Sepotong gelisah yang kutambatkan dan kusimpan untukmu...
Terkadang sangat egois jika harus kulibatkan perasaan yang kurasakan saat ini padamu
Namun aku bisa cepat menyadari arti dirimu yang dapat membuatku tersenyum sepanjang perjuanganku disini...
Bahkan aku tidak punya lagi motivasi berkuasa tanpa bisikanmu yang mendinginkan aku
Atau belaian kasihmu yang menyentuh dan memaksakan aku berpikir akan bahagia adalah melihatmu merasakan bahagia...
Atau mungkin bahagiaku hanya jika disisiku tak ada jarak dengan sentuhan kasih sayangmu
Serasa aku ingin kamu mengerti jika aku sekarang dalam keadaan yang hampir tidak tertolong....
Aku sangat butuh cintamu yang bisa mengeluarkan perasaan tak menentu ini dari kekalahanku menerima keputusan yang aku anggap membela hati nuraniku yang selalu kubanggakan padamu, sayang....
Sudahkah kamu sadari dan rasakan kalau cuma kamu yang bisa memberiku arti?
Bukankah kamu hanya menunggu waktu untuk memelukku dan mengecupkan bibirmu pada gelisahku hingga aku bisa keluar dari jeratan rasa kalahku sendiri?
Sayangku.... aku yakin kamu akan melakukannya untukku
Seuntai perasaan yang telah kumengerti bahwa kamu adalah bagian dari tulang rusukku yang hilang...
Entah kenapa setiap aku merasa terlalu melibatkanmu dalam paksaanku agar kamu mau mengerti dan menolong aku dalam setiap kegalauanku...
Aku juga cuma bisa memasrahkan pada suaramu yang sangat menghibur segenap jiwa yang t’lah terkosongkan waktu harus aku hadapi kenyataan ini...
Belum cukup rasa cemburuku menghantui aku hingga sekarang aku harus minta dekapan eratmu?
Lamunankupun membuat aku memaksakan agar secepatnya bisa menyentuh kamu agar semangatkupun tumbuh...
Secarik kertas ini yang terbaca bahwa tiada yang bisa menggantikan kemasyuranmu di dalam cintaku...
Aku segera harus meyakini jika denganmu aku bisa melakukan apapun yang ingin kulakukan...
Aku juga meyakini jika tanpa kamu akan membuatku memilih menyentuh tanah dan tidur didalamnya sehingga aku harus menunggu saat terjaga dan ketika itu kamu akan menjadi milikku lagi...
Lebih yang kupilih adalah bersatu denganmu dengan cita-cita yang akan kita jemput bersama dengan kesetiaan kita...pengertian kita
Bukan tanpa penyantunan, diriku bisa berbuat untuk membuat guratan permohonanku tuk dampingi jiwa dan ragaku disetiap nafasmu dan nafasku...
Apa salah dan aku akan didera dosa, jika aku harus mendahului takdir dengan keyakinanku kalau kamu adalah milikku....
Yang terlahir untuk mendampingi aku....
Yang diturunkan untuk menemui aku dalam iman yang menjadikan takdir kita bersama...
Mungkin aku juga terlalu mendahului kehendak jika harus kukatakan jika aku dan kamu tidak punya pilihan lain selain bersatu dalam cinta...
Atau aku yang sedang dimabuk cinta?
Sebuah kata yang terdengar indah ditelinga kita berdua...Cinta
Kesan yang memaksa kamu suka atau tidak harus mendampingi aku...memperhatikan aku...menghentikan keputusasaanku...dan segala yang akan kurasakan.
Sejenak dari asaku harus memberikan keyakinanku padamu jika aku akan menggandeng tanganmu menuju surga yang kita impikan...
Menuju kehidupan kita berdua yang tercipta dari pembicaraan kita...
Mencoba mengabarkan dunia jika kamu adalah milikku yang tidak pernah akan terambil dari tanganku
Mengakui walau harus kuakui jika aku adalah pria yang paling beruntung dengan egoku yang termengerti oleh gadisku
Dan memaksa aku untuk lebih beruntung dibanding kamu....
Namun aku akan memberikan cintaku seperti udara yang kamu hirup...seperti surga yang kamu dambakan ... dan seperti-sperti yang lain yang pernah kamu dambakan,dan pernah kamu impikan...
Jakarta, September 10, 1999
Jam 22.16 WIB


0 Comments:
Post a Comment
<< Home