PERENUNGAN YANG TERMASYUR DI LANGIT YANG TERAKHIR
Sore hari yang berembun di pelupuk mataku
Walau aku bunuh waktu sepi ini dengan kehadiran imajinasiku akan kamu
Kemudian kutemui sifatmu di diri sepi ini
Samakah yang kita rasakan untuk kesekian kali ini?
Atau kemapanan yang ada di sini menjadikan ketabahan tak berbatas?
Rinduku tlah berbatas pada ketidaksabaranku sendiri
Walau sebatang rokok kuhisappun tidak mampu berbuat seperti sore itu
Untukmu dan dunia ini akan kubangunkan kerajaan di hati ini
Kerajaan yang bertahtahkan keimanan yang kurebut dari perenungan
Sampai saatnya Guru bertanya dimana letaknya?
Sampai dia mengakui jika aku memang berbakat untuk mencapai kehidupan
Atau taubat kepada kebaikan menjunjung redanya amarahku
Jangan pernah kau sentuh pertanyaan yang jauh dari aku selama bukan waktunya kau menatap wajahku...
Tidak akan pernah ada pancaran tatapanmu jika memancarkan rasa curiga ini...
Sampai kau punya dan telah kuberikan kesempatan untuk melakukan keluh kesah padaku.
Hanya sementara saja persyaratan itu sampai kutemukan semua bebahu kerajaanku
Sampai akhirnya aku bukan menjadi pengawal namun raja di diriku sendiri
Kalaupun panas ini tidak pernah aku keluhkan...
Namun kekosongan diri ini yang kutahankan
Sampai kekosongan ini menjadikan perenungan pada batin yang termasyurkan di langit terakhir
Pada semua kesempatan untuk bersujud bersamamu dan memohonkan permintaan...
Untuk menjadikan aku Khalifah terbesar di dalam jiwaku...
Untuk menjadikan aku prajurit tertangguh dalam kesendirianku
Untuk membuat aku pujangga terbijak dalam ucapanku
Dan membentuk aku menjadi wali yang terhina dimata raja ketidakadilan
Sampai aku harus mengatakan yang terpenting dalam penantianmu
Kesungguhanmu untuk menjadikan aku adalah segalanya
Tekadmu untuk mengabdi padaku menjadikan duniamu berbunga damai
Haruakan kesetiaanmu dalam bumi jiwa yang tengah terbentuk dengan kedewasaan
Walau tanpa aku disisimu sekarang namun akupun terus bersatu dengan perasaanmu
Dan jiwa yang telah terpisah menantikan satu suratan waktu
Kala kutuliskan semua penantianku untukmu
Dan akupun mengajukan kesempatan untuk kujamu dari jarak yang ada
Sampai saat kau menjadi permaisuri yang mengisi istana yang akan kubangun nanti
Sebentar lagi ...
Sebentar...
Jakarta , 1 August, 1999
18.02 wib


0 Comments:
Post a Comment
<< Home