Sunday, December 14, 2008

PERENUNGAN YANG TERMASYUR DI LANGIT YANG TERAKHIR

Sore hari yang berembun di pelupuk mataku

Walau aku bunuh waktu sepi ini dengan kehadiran imajinasiku akan kamu

Kemudian kutemui sifatmu di diri sepi ini

Samakah yang kita rasakan untuk kesekian kali ini?

Atau kemapanan yang ada di sini menjadikan ketabahan tak berbatas?


Rinduku tlah berbatas pada ketidaksabaranku sendiri

Walau sebatang rokok kuhisappun tidak mampu berbuat seperti sore itu

Untukmu dan dunia ini akan kubangunkan kerajaan di hati ini

Kerajaan yang bertahtahkan keimanan yang kurebut dari perenungan

Sampai saatnya Guru bertanya dimana letaknya?

Sampai dia mengakui jika aku memang berbakat untuk mencapai kehidupan


Atau taubat kepada kebaikan menjunjung redanya amarahku

Jangan pernah kau sentuh pertanyaan yang jauh dari aku selama bukan waktunya kau menatap wajahku...

Tidak akan pernah ada pancaran tatapanmu jika memancarkan rasa curiga ini...

Sampai kau punya dan telah kuberikan kesempatan untuk melakukan keluh kesah padaku.

Hanya sementara saja persyaratan itu sampai kutemukan semua bebahu kerajaanku

Sampai akhirnya aku bukan menjadi pengawal namun raja di diriku sendiri


Kalaupun panas ini tidak pernah aku keluhkan...

Namun kekosongan diri ini yang kutahankan

Sampai kekosongan ini menjadikan perenungan pada batin yang termasyurkan di langit terakhir

Pada semua kesempatan untuk bersujud bersamamu dan memohonkan permintaan...

Untuk menjadikan aku Khalifah terbesar di dalam jiwaku...

Untuk menjadikan aku prajurit tertangguh dalam kesendirianku

Untuk membuat aku pujangga terbijak dalam ucapanku

Dan membentuk aku menjadi wali yang terhina dimata raja ketidakadilan


Sampai aku harus mengatakan yang terpenting dalam penantianmu

Kesungguhanmu untuk menjadikan aku adalah segalanya

Tekadmu untuk mengabdi padaku menjadikan duniamu berbunga damai

Haruakan kesetiaanmu dalam bumi jiwa yang tengah terbentuk dengan kedewasaan

Walau tanpa aku disisimu sekarang namun akupun terus bersatu dengan perasaanmu

Dan jiwa yang telah terpisah menantikan satu suratan waktu


Kala kutuliskan semua penantianku untukmu

Dan akupun mengajukan kesempatan untuk kujamu dari jarak yang ada

Sampai saat kau menjadi permaisuri yang mengisi istana yang akan kubangun nanti

Sebentar lagi ...

Sebentar...



Jakarta , 1 August, 1999

18.02 wib

0 Comments:

Post a Comment

<< Home