Disisi Opera Yang Terakhir Dialah Yang Menjadi Peran Utamaku
Sekarang aku mulai mencoba untuk menyabarkan diriku sendiri...
Entah sudah berapa lagu yang kedendangkan dihadapan bayanganmu
Entah berapa banyak lagi yang harus kunyayikan padahal aku hanya bisa memainkan segelintir
Lalu aku juga coba mendengarkan Beethoven untuk berpikir...
Aku belum mampu senandungkan nada itu ditengah perasaanku kini
Sampai aku harus bersumpah untuk menyerahkan pasrahku pada bukan Tuhan
Bukankah itu tidak wajar?
Dan juga berbaju ketegangan serta beralasan kesabaran...
Apa yang harus disalahkan andai dosapun aku lalui dengan berbaju bijak
Sudah menjadi terlambat sebelum aku berkata didalam impianku ada yang menghalangi
Orang itu berkata bukankah dia hanya mengusikku dalam impian?
Bagaimana mungkin bisa kulepaskan jika disisi opera yang terakhir dialah yang menjadi peran utamaku
Alur mana yang harus kurubah?
Jadikan dari pertama atau membunuhnya dari babak pertama dimana operaku masih hanya skenario belaka?
Sulit mengatakan ketidakberdayaan berakibatkan pada kelemahan sisi yang berjauhan...
Antara akal sehat dan imajinasi atraktif
Begitu halus menggiringku untuk menjadikan aku sosok yang tidak egois
Hanya itu permintaanmu padaku, disaat akupun telah menjelaskan bahwa keegoisanku itulah yang menjadikan aku raja diatas kerajaan terbesar manusia nantinya..
Gunakan ingatanmu untuk menyakiniku bersamamu...
Kepakkan pengertianmu ditengah lagu yang masih kumainkan sendiri ini
Aku membutuhkan inspirasi ini dan itu bukan berarti seseorangpun berhak merubah impian ini
Sunyinya dunia tanpa akupun harus disadari oleh semua mahlukNya...aku telah tercipta dan datang
Kesirnaan keyakinanku bukan untuk aku....hanya untuk kamu dan mereka
Aku terus dan akan ada ditengah keangkuhanku...
Berkaca benggala dan berlidah api bak sentuhan midas untuk yang aku ajarkan pada semua yang telah bertemu aku
Kata mana dariku yang belum tersentuh pada dasar terdalam dari cintamu?
Selayaknya gerangan manusiapun merasa semuanya adalah dia sendiri
Atau diapun tertidur dalam tidurnya dimana dia akan bangun pada dunia bersama yang merupakan mimpinya disisi yang lain darinya
Masih ada kita berpikir bahwa kita tidak hidup dalam mimpi
Juga pernakah kita menyangkal bahwa andai kita tidak tertidur kitapun masih bermimpi
Semasa derita ada dan semasa kebahagiaan datang itulah impian untuk kita
Dari sudut mana kita harus bertanya dan mulai melukiskan kenyataan?
Sudut matakupun adalah terjadi dari usahaku yang mencoba beradu pada kehidupanku
Tetesan air mataku juga derasnya hujan adalah satu penjelasan tunggal dan hanya berbeda sumber
Lalu...dimana kamu berdiri saat aku hendak menggandeng tanganmu?
Aku atau bukan dan siapa yang akan kuberkati demi sesuatu yang akan kubuatkan keindahan,kedamaian , keharuan dan kenistaan sekalipun
Lekas dan begegas pada kunjungan terakhir ini...
Bergegas memburu sajarat yang bisa kau pilih ditengah perjalanmu
Lalu aku sembunyikan diriku lagi dibalik budaya yang berakar pada rasa kepengecutan abadiku
Tapi hanya segelintir orang yang paham dan kagum
Dan hanya segelintir orang yang mencela bahkan mencampakkanku dari daftar tamu terhormat mereka
Namun... yang lainnya kagum dengan segala tindakan dan keputusanku sampai mereka akan menyadari akulah yang terhebat.
Tapi kenapa lagi semua malaikat tertawa sambil tersenyum....oh tidak air mata mereka telah berwarna gelap...
Pantaskah malaikat menangis?atau hanya aku yang keterlaluan sehingga mereka tidak punya pilihan lain lagi
Harus dari mana aku mulai?
Dimana aku waktu aku mencoba untuk bertarung dengan kehidupanku? Aku telah menang! Dan harus menang!!!
Salah apa lagi jiwaku, aku hanya memenuhi kebutuhanku karena aku punyai itu
Sampai aku coba lagi mundur dan melihat...tidak ada yang berubah!!!
Apa maunya dan sayup terdengar sati kalimat....Mohonlah ampunanNya anak manusia!!!
Hanya menyentakkan hatiku bahwa langkah mundur bukan jawabannya
Akan tetapi permohonan ampunan dan yang telah terjadi adalah telah terjadi
Penyesalan adalah bagian dari perasaan yang bertaqwa namun taubat adalah yang terutama
Mengertikah kamu....
Mengertikah aku...
Ataukah merekapun tidak mengerti....
Jakarta November 25, 1999


0 Comments:
Post a Comment
<< Home