DETIK TERAKHIR DARI MENIT INI YANG MEMBURU AKU UNTUK MELAKUKAN KEMATIAN
Haru biru hati yang bermandikan telaga yang bewarna biru...
Hampir menyerupai birunya seluruh batin yang mencoba khianati hasratku
Lalu hanya bisa melupakan kekasaranku waktu berpelukan dengan lamunanku
Atau hanya bisa aku bertanya tentang apa yang terlintas saat aku basah bermandikan keraguan
Derita tuanku yang aku belum mengerti dan bahkan namanyapun aku masih buta
Aku coba mengail lagi dengan semua prinsip yang ada...
Untuk abadikan penyesalan yang aku telah sesali dalam damai kesendirian
Aku sudah menawarkan kalimantang cinta pada semua kehidupanku
Jangkaulah aku dengan rasa peperangan walau itu sudah terjadi....
Ya, itu sudah pernah terjadi dimasamu dan akupun harus berkata aku pemenangnya.....walau ternyata aku yang kalah dan kaupun tidak memenangkannya!
Kaupun gubah semua susunan dongeng dan kisahkan tentang keabadian angkuhnya aku pada telinga yang tak bertuan
Dan seiring itupun telah terjadi kegelimangan fitnah yang ternyata tidak sepenuhnya berupa fitnah padaku
Apa lagi yang aku pikirkan dan coba membuka semua ramalan masa depanku......
Hanya untuk aku raba tentang berita dari langit yang aku tetap katakan bohong untuk umatku.....walau ternyata tidak ada secuil kebohonganpun dari isinya.....
Dan walau akhirnya memang hanya aku yang tidak mengakuinya....walau ternyata sedikit saja aku mulai coba mengakuinya
Walau apalagi yang akan kuucapkan dengan seribu walau yang dikawal sejuta rasa gelisah dan berbungkus airmata maya
Dan alasan apalagi yang akan menyangkal dengan bertopeng seluruh fatamorgana keindahan dan aku sendiri akan menyangkalnya bahwa itu akan menjadi nyata jika aku telah merasakan sakitnya!
Detik terakhir dari menit ini yang memburu aku untuk melakukan kematian....
Satu evolusi alam dalam keharusan aku menciptakan sejuta kata cinta yang aku persembahkan untukku sendiri
Dan kematian itu juga akan membunuh aku sendiri ditengah pengukuhan bahwa aku lebih cinta pada keyakinanku
Walau waktu telah mati namun ia akan berteriak sambil ambil sebilah pisau dan menghunus seraya menantang untuk dibunuh....
Itu yang aku yakini tentang ancaman akan ketidakseriusanku dari pemikiranku!
Harapankupun aku akan cepat bercinta dengan semua yang ada dalam yang aku dalami
Selasa Paing pagi sekali waktu itu aku berpikir bahwa hari itu dulu aku pertama kali menangis
Dengan selembar kertas putih yang kubawa....
Dan ketidaktahuanku akan cinta yang sesaat kemudian aku merasakan kecupan ibuku sehingga sejenak saja aku mengerti tentang cinta
Kebutaanku akan Tuhanku dibiarkan hanya sesaat kemudian sampai suara adzan dan Iqomah terdengar walau aku belum mengerti akan nada indah
Tapi akupun berhak mengisi lembaran kosongku dengan semua warna dan semua bentuk dan gaya tulisanku sendiri
Atau akupun berhak menghiasinya dengan gambar pisau tajam bertuliskan keyakinanku yang akan aku pertahankan dengan asahan terbaik dari surgaku
Cukupkan aku dengan perdebatan masa laluku waktu ujianku yang aku pilih...
Hanya sentuhkan nafsu dan kegelimangan yang harus memaksa aku untuk buta dengan yang aku jalani kemudian
Aku masih belum sadar dan biarkan aku mencoba sadarkan kalian bahwa aku mempunyainya...
Jangan pernah sadarkan aku selama aku masih mampu untuk bermimpi bahwa kalian yang akan sadarkan diri dengan jalanku
Dan kesadaran itu bukan sekarang saatnya untuk diuji.....
Jakarta, 4 April, 2000
jam 00.37 am




